Sayyidah Nafisah


 

Sayidah Nafisah (bahasa Arab: السيدة نفيسة) adalah termasuk dari cucu-cucu Imam Hasan al-Mujtaba as dan putri dari Hasan bin Zaid bin Hasan yang dimakamkan di Mesir. Sumber-sumber historis menyebutnya sebagai wanita ābid (tekun beribadah), zuhud, muhaddis, baik dan penghapal Alquran al-Karim. Dia adalah istri Ishaq Mu'taman putra Imam Jakfar Shadiq as. Kuburan wanita ini berada di Kairo dan menjadi tempat ziarah masyhur kaum muslimin khususnya muslim Syiah.


Biografi

Nafisah Khatun lahir pada 11 Rabiul Awal tahun 145 H/762.[1] di Mekah.[2][3][4] Ayahnya adalah Hasan bin Zaid bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan ibunya adalah Ummu Walad. Nafisah hidup di sisi ayahnya Hasan bin Zaid di Madinah. Rumah yang ditempati Nafisah berada di sebelah barat Madinah persis di depan rumah milik Imam Shadiq as.[5]



Menikah

Nafisah Khatun menikah dengan Ishaq Mu'taman bin Imam Shadiq as pada umur 15 tahun. [6]


Dalam kitab-kitab sejarah, Ishaq diperkenalkan sebagai manusia bertkawa dan dipercaya dalam menukil hadis. Ishaq termasuk di antara para saksi wasiat imam ketujuh mengenai putranya Imam Ridha as. Kunyah Ishaq Abu Muhammad. Karena terkenal amanah, maka ia dipanggil Mu'taman. Tempat lahir dan pertumbuhan Ishaq di 'Uraidh, tepi Madinah.[7] Tampaknya Sayidah Nafisah dan Ishaq meninggalkn dua anak dengan nama: Qasim dan Ummu Kultsum.[8]


Hijrah ke Mesir

Nafisah Khatun pada tahun 193 H/809 pergi ke Mesir dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat. Di dalam kitab Nāsikh al-Tawārīkh dimuat: Urusannya besar, kedudukannya tinggi dan pusara sucinya menjadi tempat perlindungan masyarakat yang rindu.[9][10]


Dia bersama suaminya tinggal di rumah seorang pedagang bernama Jamaluddin bin Abdullah bin Jashshash dan setelah beberapa bulan berpindah tempat ke rumah Ummu Hani kemudian ke rumah Abu al-Surayya Ayub bin Shabir. Sambutan masyarakat sedemikian besar sehingga Nafisah Khatun merasakan para tuan rumah terganggu. Oleh karenanya, ia berniat meninggalkan Mesir. Masyarakat meminta hakim Mesir supaya menyiapkan tempat dan ia pun memberikan rumah khusus kepadanya. Akhirnya, untuk selamnya Nafisah Khatun tinggal di Mesir.[11][12]


Akrab Dengan Alquran

Keakraban Sayidah Nafisah dengan Alquran sangat besar[13] dan mayoritas sejarawan menulis bahwa Sayidah Nafisah hafal semua Alquran. Tentu, sebagian orang menyatakan bahwa ia tidak bisa membaca dan menulis (buta huruf).[14]) namun mereka mengatakan bahwa ia mengkhatamkan Alquran 1900 kali.[15] Dikatakan bahwa ia meninggal dunia dalam keadaan sedang membaca ayat:لهم دار السلام عند ربهم وهو ولیّهم بما کانوا یعملون;Bagi mereka (disediakan) tempat yang damai (surga) di sisi Tuhannya. Dan Dialah pelindung mereka karena amal kebajikan yang mereka kerjakan.[16][17]


Selama hidupnya ia pergi haji 30 kali.[18] Ia ahli tahajjud dan sering berpuasa.[19] Dinukilkan bahwa ia menggali kuburnya dengan tangannya sendiri dimana setiap hari ia masuk ke dalamnya dan mendirikan salat serta membaca Alquran.[20]


Lakab dan Sifat

Penulis biografi dan sejarah menyifati wanita agung ini dengan gelar-gelar indah dan diridhai misalnya:


Ahmad Abu Kaf menyebutkan beberapa gelar untuknya seperti Nafisah al-Darain (permata berharga di dua alam), Nafisah al-Thahirah, Nafisah al-Ābid, Nafisah al-Meshriyah dan Nafisah al-Mishriyyin.[21] Ia mengataakan, Sayidah Nafisah adalah wanita ābid, arif dan ahli amal saleh dan menjadi permata berharga bagi penduduk Mesir. Mereka dalam meniti jalan kebenaran mengharap bantuan darinya. Sayidah Nafisah murah hati di dua alam sebab panduduk Mesir menyaksikan berbagai keramat menakjubkan darinya baik pada masa hidupnya maupun setelah wafat.[22]

Zirikli dalam kitab tersohornya, menyebutkan gelar-gelar seperti Taqiyah (bertakwa), Shalihah, dan pintar tafsir dan hadis. Penduduk Mesir percaya betul kepadanya.[23]

Syaikh Muhammad Dhabban, ilmuwan Mesir mengatakan, meski Sayidah Nafisah bisa menggunakan fasilitas kesejahteraan dan sumber-sumber finansial yang banyak, namun ia memalingkan wajah dari semua itu dan memilih hidup zuhud. Atas dasar ini penduduk cinta padanya dan berlindung kepadanya saat mengalami kesulitan-kesulitan dan musibah-musinah.[24]

Abu Nashr Bukhari menegaskan bahwa kedudukan wanita ini sangatlah tinggi dimana warga Mesir dalam menetapkan dakwaaannya bersumpah kepadanya.[25]

Jamaluddin bin Taghri Burdi menyebutkan bahwa terlihat berbagai keramat dari Sayidah Nafisah yang menunjukkan ia orang yang punya keutamaan dan pencari jalan spritual. Keramat-keramat ini telah terkenal di semua tempat.[26]

Yafi'i Yamani memperkenalkan Sayidah Nafisah sebagai wanita yang punya keutamaan. Ia menambahkan, pada masanya Sayidah Nafisah adalah wanita yang layak dan agung.[27]

Mahmud Syarqawi menulis, wanita agung ini sudah sampai kepada derajat kesempurnaan dimana sejumlah orang telah mengambil manfaat dari ilmunya dan banyak hati-hati mukmin tertuju padanya.[28]

Maqrizi dalam menyifati wanita ini berkata: Nafisah dalam ketakwaan dan kezuhudannya telah masyhur di dunia.[29]

Ibnu Khallakan menulis: Sayidah Nafisah dalam menukil riwayat punya keahliaan dan sebagian tokoh dan pembesar terkenal menukil hadis darinya.[30]

Saleh al-Wardani menulis: Sayidah Nafisah banyak menangis karena takut Allah swt, penghafal Alquran dan mengetahui ilmu tafsir[31]

Keramat-keramat

Banyak keramat disebutkan dalam literatur dan dinisbatkan kepada Sayidah Nafisah.[32] Di antaranya, kesembuhan orang sakit[33] [34] dan bahkan terselamatkannya Mesir dan sungai Nil dari paceklik.[35]


Murid-murid

Menurut sumber-sumber, sebagian ulama besar berguru dan menukil hadis dari Sayidah Nafisah, diantaranya adalah:


Muhammad bin Idris Syafii pada umur 30 tahun fokus pada fikih dan pergi ke Mesir. Ketika ia pergi ke masjid Fusthath untuk mengajar, di tengah jalan ia berhenti di rumah Sayidah Nafisah dan mengambil hadis darinya.[36]

Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal yang terkenal dengan Ahmad bin Hanbal hadir di majelis-majelis ilmiah dan penukilan hadis Sayidah Nafisah.[37]

Dzunnun Mishri. [38]

Bisyr bin Harist. Dikatakan bahwa ia terkadang i'tikaf di rumah wanita agung ini dan mengambil manfaat dari keutamaan dan kesempurnaannya.[39]


Dharih Sayidah Nafisah di Kairo, Mesir

Wafat

Pada tahun 208 H/823, Nafisah Khatun jatuh sakit dan pada malam Jumat bertepatan dengan 1 Ramadhan tahun yang sama sakitnya bertambah parah. Dikatakan bahwa ia meninggal dalam keadaan sedang membaca Alquran.[40]


Ishaq Mu'taman berada di Madinah saat istrinya sakit. Ia mendapat berita tersebut dari surat yang sampai kepadanya, tetapi dia sampai ke Mesir persis di hari Sayidah Nafisah wafat dan orang-orang terdekat sedang menyiapkan pengafanan dan penguburannya. Ishaq berkeputusan untuk membawa jenazah istrinya ke Madinah, namun masyarakat Mesir mengharap supaya di makamkan di Mesir dan mereka pergi ke penguasa mesir saat itu serta memohon darinya agar supaya Ishaq dirayu untuk tidak membawa jenazah Sayidah Nafisah ke Madinah. Hakim Mesir tidak berhasil merayunya. Masyarakat mengumpulkan harta yang banyak dan memberinya kepada Ishaq supaya menerima permohonan mereka. Ishaq pun menolaknya, namun atas berkat mimpinya ia menerima permintaan mereka. Dalam mimpi itu, Rasulullah saw yang mulia menyuruh supaya jangan menerima harta itu dan menguburkan istrimu di sini.

Comments

Popular posts from this blog

Syaikh Muhammad Amin al-Kurdi

Gunung Sinai

Kairo